SEBUAH RUMAH YANG DIKUNJUNGI, Virginia Woolf

Posted in 1 on June 15, 2009 by soekmana

Judul asli, “A Haunted House” karangan Virginia Woolf

Jam berapapun kamu bangun ada sebuah penutupan pintu. Dari ruang ke ruang mereka pergi, bergandengan tangan, mengangkat sini, membuka sana, membuat yakin – sepasang hantu.

“Di sini kita tinggal,” hantu wanita berkata. Dan hantu pria menambahkan, “ Aduh, tetapi barang-barang disini” “Di lantai atas,” hantu wanita berbisik. “Dan di dalam kebun,” hantu pria berbisik ”tenanglah,” mereka berkata, “atau kita akan bangunkan mereka.” Continue reading

DI NEGERINYA, IA TAK DIHORMATI ; Taufik al-Hakim

Posted in 1 on June 8, 2009 by soekmana



Diambil dari buku kumpulan cerpen “Madrasat al-Mughaffiliin”,
karangan Taufik al-Hakim “Dar al-Hilal” tahun 1972

Orang-orang desa menjulukinya “Si Perunggu.” Aku tidak tahu apakah julukan itu berhubungan dengan penampilannya? Kulitnya memang hitam, wajahnya jelek dan telinganya lebar. Dia mengenakan jas hujan tentara berkancing perunggu bekas pakaian perang dunia kedua. Pakaiannya butut, kancing-kancingnya sudah pada rontok dan hanya tinggal satu yang diikat dengan benang bunga tulip. Kemana-mana dia menenteng tongkat kayu lamtoro gung. Dia menggunakannya untuk mementung orang-orang yang mengejek dan menertawakannya. Soalnya banyak orang yang menghinanya! Tak ada orang yang mempedulikannya. Dia tampaknya cuek saja pada pendapat orang lain terhadapnya. Dia memiliki saudara yang lebih muda yang sudah menikah, bertempat tinggal dan beranak pinak. Mereka bekerja di ladang seharian dan pulang menjelang maghrib dengan membawa ramuan obat dan biji-bijian. Continue reading

SATU PERISTIWA DI HARI INI, Gabriel Garcia Marquez

Posted in 1 on June 3, 2009 by soekmana


Judul asli, “One of These Days”
Karangan Gabriel Garcia Marquez

Senin pagi yang hangat dan berembun. Aurelio Escovar, seorang dokter gigi tanpa sebuah pangkat jabatan, bangun sangat awal, membuka kantornya pukul 06.00 pagi. Dia mengambil beberapa gigi yang rusak, yang masih tersusun dalam bentuk perekatnya, mengeluarkan kotak kaca dan meletakkan di atas meja alat-alat kedokteran tidak teratur yang dia susun menurut ukuran pesanan, seolah-olah sedang dipertontonkan. Dia mengenakan kaos krah bergaris, menutupi di leher dengan kancing emas, dan bercelana panjang bertali di bahu dia tegak dan kurus, dengan sebuah pandangan yang jarang sekali menyesuaikan keadaan, cara orang tuli memandang. Continue reading

JUNGKIR, Albert Camus

Posted in 1 on May 28, 2009 by soekmana

Kisah cerita Albert Camus ini telah diterbitkan oleh Gallimard di Paris pada tahun 1956. (Dan penerbit Tinta menghadirkan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia ke sidang pembaca). Setahun kemudian, ia menerima Hadiah Nobel untuk bidang Kesusasteraan. Albert Camus meninggal di tahun 1960.
La Chute adalah fiksi. Dalam banyak hal, La Chute dapat dilihat sebagai puncak tertinggi berpikir Camus. Jean Paul Sartre sendiri mengatakan bahwa La Chute adalah karya paling indah dari Camus, tapi juga yang paling sulit dipahami.
Tinggal di Amsterdam sejak rangkaian peristiwa yang telah mengganggu hidupnya, Jean-Baptiste Clamence, dahulunya pengacara di Paris namun tiba-tiba menyadari hidupnya telah munafik dan sekarang tinggal di luar hari-Nya.ALBERT
Hari pertama
Jean-Baptiste Clamence, di hari pertama, nampaknya ramah dan bermanfaat, mengusulkan untuk bertindak sebagai juru bahasa bagi sesama ex-patriat Perancis dan pelayan bar berbahasa Belanda, di Mexico City. Dia memperkenalkan dirinya dan mengatakan dia adalah “hakim peniten.” Dia juga berbicara tentang Belanda, tanah impian dan sejarah, “negeri pedagang dan pemimpi.” Clamence meninggalkan para ex-patriat Perancis tersebut di depan sebuah jembatan: ia tidak pernah bernazar melintasi jembatan itu lagi di malam hari. Ia memberikan janji untuk datang hari berikutnya. Continue reading

KUPU-KUPU, Hans Christian Andersen

Posted in 1 on May 26, 2009 by soekmana

Judul asli, “The Butterfly” karangan Hans Christian Andersen

KUPU-KUPU menginginkan seorang mempelai perempuan; dan, seperti boleh dikhayalkan, kupu-kupu itu ingin memilih salah satu dari bunga-bunga yang paling cantik; karena itu kupu-kupu melemparkan sebuah tatapan kritis kepada semua bunga-bunga di tangkainya, dan mendapati setiap bunga duduk dengan tenang dan sopan pada dahannya, sebagaimana seorang dara seharusnya duduk, sebelum ia bertunangan; tapi ada banyak yang besar dari mereka, dan pilihan itu mengancam untuk menjadikan lelah. Kupu-kupu itu tidak peduli menanggung banyak masalah, dan secara konsekuen kupu-kupu itu terbang berkunjung ke bunga-bunga. Continue reading

PERTARUNGAN, Charles Webster

Posted in 1 on May 25, 2009 by soekmana

Judul Asli; “The Feud”, karangan Charles Webster
dari “Short Story International” N0.43 tahun 1984

Ia mengenakan seragam tua, berwarna abu-abu dan lusuh, seragam yang digunakan Pasukan Pebatasan Punjab, yang semula bernama Pasukan Ireguler Punjab, yang lebih akrab dikenal dengan nana Piffas. Warna kuleah, tapi merah berbentuk kerucut, yang menempel di kepalanya telah berubah menjadi kuning tua dan pita medali yang melekat di dada kirinya telah memudar dan hampir tidak dikenal warnanya, tetapi sikapnya tetap seperti seorang Pathan dari Perbatasan Barat Laut India. Matanya di atas hidungnya yang bungkuk berwarna biru dan keras seperti batu safir dan helai-helai uban tampak memutih di rambut, janggut dan kumisnya. Continue reading

RACUN PEKAT, Khalil Gibran

Posted in 1 on May 22, 2009 by soekmana

Dari al-Sam Fi al-Dasam (al-‘Awashif) dari buku
Al Majmouah Al Kamelah Li Mouallafaati Jubran Khalil Jubran
(Al ‘Arabiah, Lebanon, 1949)

Pada suatu pagi di musim gugur yang kemilau, ketika Lebanon Utara tampak dengan segala panorama keelokannya, para penduduk Desa Tula berkumpul dan saling mempercakapkan kepergian Faris Rehl di sekeliling sebuah gereja. Dia telah pergi meninggalkan istrinya yang belia dan baru dinikahinya enam bulan lewat. Faris Rehl telah pergi ke suatu tempat yang jauh dan tak seorangpun mengetahuinya melainkan Tuhan. Continue reading

TEMBOK, Jean Paul Sartre

Posted in 1 on May 20, 2009 by soekmana

Judul asli, “The Wall” karangan JP. Sartre

Mereka mendorong kami ke dalam sebuah kamar yang luas bercat putih, mataku mulai berkedip karena cahaya itu membuat mataku sakit. Kulihat sebauh meja dengan empat orang duduk disitu, memeriksa surat-surat. Kelompok tawanan yang lain telah terkumpul di belakang dan untuk berkumpul dengan mereka kami harus melintasi seluruh ruangan. Beberapa orang telah kukenal dan beberapa lagi tentunya orang asing. Dua orang di depanku berkulit lebih putih, kepalanya bulat; wajahnya serupa. Kukira mereka orang Perancis. Yang lebih pendek terus menerus mengangkat-angkat celananya; stress. Continue reading

BIJAKSANA, Ryunosuke Akutagawa

Posted in 1 on May 15, 2009 by soekmana

Dahulu kala seorang lelaki pergi mencari kerja di Osaka. Aku tidak ingat namanya siapa. Tetapi semenjak ia bekerja sebagai pembantu dapur, kami memanggilnya Gonsuke.
Gonsuke mendapat sebuah agen kerja dan bertanya kepada seorang juru tulis, yang sedang mengisap pipanya, untuk membantu mendapatkan pekerjaan. “Oh, juru tulis! Saya hendak menjadi seorang Tao abadi; silahkan bimbinglah saya ke tempat yang layak.”
Mulut juru tulis itu berhenti mengisap sebentar dan tidak mengatakan sepatahpun. Continue reading

PENANTIAN, Roland Barthes

Posted in 1 on May 13, 2009 by soekmana

Judul asli, “Waiting” karangan Roland Barthes

Aku sedang menunggu sebuah kedatangan, saat kembali, isyarat janji. Hal ini dapat menjadikan sia-sia, atau penuh perasaan luar biasa; dalam penantian, seorang perempuan menunggu kekasihnya, malam hari, di hutan; Aku menunggu tidak lebih daripada bunyi telepon, tapi kegelisahan adalah sama. Segala sesuatu sangat meriah; Aku tak memiliki perasaan yang seimbang.

Ada sebuah skenario penantian; Aku menyusunnya, memanipulasinya, berhenti memfungsikan bagian sandiwara bisu dimana aku kehilangan obyek dicintai dan memancing semua pengaruh duka-cita yang kecil. Inilah adegan yang keluar kemudian sebagai sebuah pertunjukan. Continue reading