Gadis-Gadis Kecil Lebih Bijak Dibanding Laki-Laki, Leo Tolstoy

Judul asli, Little Girls Wiser Than Men karangan Leo Tolstoy

(1885)
AWAL HARI PASKAH. Salju masih menempel di halaman; dan air mengalir di sepanjang jalan desa.
Dua gadis kecil dari rumah berbeda janjian bertemu di suatu jalan setapak antara dua rumah dan pekarangan, dimana air yang kotor setelah berlarian di lahan pertanian telah membentuk suatu genangan besar. Gadis kecil yang satu sangat kecil, yang lainnya lebih besar. Kedua ibu mereka telah berpakaian baju rok baru. Si kecil mengenakan baju rok biru, yang lain berwarna kuning, dan kedua-duanya mempunyai sapu tangan merah di atas kepala mereka. Mereka baru saja datang dari gereja ketika mereka bertemu, dan pertama kali mereka menunjukkan satu sama lain dandanan mereka lalu kemudian mereka mulai bermain. Segera mereka berkhayal untuk mencelupkan ke dalam air, dan satu orang yang lebih kecil akan masuk ke genangan, sepatu dan semua, ketika yang lebih tua memeriksanya:
‘Jangan masuk begitu dalam, Malásha,’ kata dia, ‘ibumu akan mengomeli kamu. Aku akan membuka kaus kaki dan sepatuku, dan kamu membuka milikmu.’
Mereka melakukannya, dan kemudian, mengambil rok mereka, mulai berjalan ke arah satu sama lain sampai genangan itu. Air menenggelami sampai mata kaki Malásha, dan dia berkata:
‘Itu dalam, Akoúlya, Aku takut!’

‘Ayolah,’ jawab lainnya. ‘Jangan takut. Kemanapun tidak akan lebih dalam.’

Ketika mereka saling mendekati satu sama lain, Akoúlya berkata:

‘Berpikirlah, Malásha, jangan mencelup. Berjalanlah hati-hati!’
Dia telah susah payah mengatakan ini, ketika Malásha menghempaskan kakinya sedemikian sehingga air mencemplungkan ke atas baju rok Akoúlya. Baju rok dicemplungkan, demikian juga mata dan hidung Akoúlya. Ketika dia melihat noda pada baju roknya, dia marah dan berlari setelah Malásha memukulnya. Malásha ketakutan, dan melihat bahwa dirinya dalam bahaya, dia keluar dari genangan, dan bersiap-siap untuk lari ke rumah. Kemudian ibu Akoúlya kebetulan melintas, dan melihat rok putrinya basah terkena air, dan lengan bajunya kotor, dia berkata:
‘Kamu nakal, anak perempuan kotor, apa yang telah kamu lakukan?’
‘Malásha melakukan itu dengan sengaja,’ jawab gadis kecil itu.
Ibu Akoúlya menangkap Malásha, dan menyekapnya di balik lehernya. Malásha mulai berteriak sedemikian sehingga suaranya bisa terdengar di semua jalan. Ibunya muncul.
‘Untuk apa kamu memukul anak perempuanku’ kata dia; dan mulai mencaci tetangganya. Satu kata memaki yang lain dan mereka saling marah bertengkar. Seorang laki-laki muncul dan berkerumun di jalan, semuanya bersorak-sorai dan tak seorangpun mendengarkan. Mereka semua terus bertengkar, hingga salah satunya mendorong yang lain, dan usaha yang sangat dekat hampir mengarah ke pukulan, ketika nenek Akoúlya datang diantara mereka, mencoba menenangkannya.
‘Apa yang kamu pikirkan, teman? Apakah bertindak demikian itu benar? Pada hari seperti ini, juga! Ini merupakan waktu untuk bergembira, dan bukan untuk kebodohan seperti itu.’
Mereka tidak mendengarkan perempuan tua itu dan hampir menendang kakinya. Dan perempuan itu tidak akan mampu menenangkan kerumunan itu, apalagi menenangkan Akoúlya dan Malásha sendiri. Selagi wanita-wanita itu saling menyalahkan satu sama lain, Akoúlya telah menyeka lumpur di baju roknya, dan kembali ke genangan itu. Dia mengambil sebuah batu dan mulai melubangi jalan di depan genangan untuk membuat saluran agar air bisa keluar masuk ke dalam jalan itu. Segera Malásha bergabung bersamanya, dan dengan perahu-perahuan kayu membantunya menggali saluran itu. Sama halnya laki-laki yang sedang mulai berkelahi, air yang gadis kecil buat itu dialirkan ke jalan ke arah seluruh tempat di mana perempuan tua sedang berusaha untuk menenangkan laki-laki itu. Gadis-gadis mengikutinya; salah satunya berlari mengikuti aliran arus itu.

‘Tangkap perahuan kayu itu, Malásha! Tangkaplah itu!’ Akoúlya berteriak; selagi Malásha tidak bisa berbicara karena tertawa.

Kegembiraan yang teramat sangat, dan menyaksikan perahuan kayu mengapung sepanjang arus air, gadis-gadis kecil itu berlari ke arah gerombolan laki-laki; dan perempuan tua, melihat mereka, berkata kepada laki-laki:

‘Tidakkah kamu malu akan diri kalian? Untuk pergi berkelahi lantaran gadis-gadis kecil ini, ketika mereka sendiri sudah melupakan segalanya tentang itu, dan sedang bermain dengan gembira bersama-sama. Jiwa-jiwa kecil yang tersayang! Mereka lebih bijaksana dibanding kalian!’

Laki-laki itu melihat ke arah gadis-gadis kecil, merasa malu, dan, menertawakan diri mereka, kembali ke rumahnya masing-masing.

‘Kecuali kamu berbalik, dan menjadi seperti anak-anak kecil, kamu sekali-kali tidak akan masuk ke kerajaan surga.’

Leave a comment